Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FISIP UAJY) bekerja sama dengan Lembaga Sensor Film (LSF) menggelar Seminar Literasi Media & Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri, Jumat (26/7/2019) di Auditorium Kampus 4 UAJY yang dihadiri peserta dari kalangan SMA, mahasiswa S1, S2 dan juga filmmaker.
Seminar ini mengundang pembicara dari LSF, Drs. Imam Suhardjo HM., M.I.Kom dan Lukas Deni Setiawan, SIP., M.A, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UAJY, sedangkan Ranggabumi Nuswantoro, S.Sos., M.A sebagai moderator.
Seminar ini mengangkat sensor mandiri, yakni bagaimana filter yang baik untuk mengatur informasi yang diterima karena dalam film terdapat banyak adegan yang dilarang seperti kekerasan, adegan yang menimbulkan kengerian, judi, narkoba, pornografi, pelecehan, dan juga merendahkan. Selama 2 tahun ini dari LSF sudah melakukan sosialisasi sensor mandiri dengan berkeliling Indonesia.
Terdapat pro dan kontra dalam sensor film, pihak yang kontra menyebutkan hal ini dapat membatasi kreativitas.
“Jika adegan yang dilarang tersebut di pertontonkan akan menjadi tutorial bagi penonton,” ungkap Imam.
Maka dari itu LSF bertugas untuk menyensor adegan yang tidak patut dipertontokan agar dampak yang negatif dapat dihindari. Selain itu juga terdapat undang-undang yang mengatur tentang perfilmam yaitu pasal 58 UU 33/2009.
Lukas Deni Setiawan, SIP., M.A menjelaskan mengenai Bioscil (Bioskop Kecil) yang telah berkeliling Indonesia dengan menyuguhkan film untuk anak. Bioscil ini diadakan karena kurangnya bioskop di pelosok, karena di Indonesia bioskop hanya terdapat di kota saja. Menurut Deni hanya sedikit sekali film yang pantas di tonton anak-anak, oleh karena itu dalam kaitannya sensor film, kalsifikasi terhadap penonton juga seharusnya sudah dilakukan.
Pihak penyedia tempat seperti bioskop juga tidak hanya mengambil keuntungan saja lantas memperbolehkan tontonan bagi yang belum cukup umur. Karena film-film yang diperankan oleh anak belum tentu cocok untuk usia dan karakter anak. Jika klasifikasi ini sudah terlaksana diharapkan film dapat mendewasakan penoton dengan hal-hal yang baru. Penonton juga dapat menyensor secara mandiri film yang akan ditonton.