Yogyakarta – Rudolf Aji Sigit Prasetya, Kristanto Suryo Saputro, dan Daniel Tjandra Wibowo merupakan mahasiswa Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Ketiganya tergabung dalam sebuah tim Sayembara Arsitektur Expo 2018 yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tim tersebut berhasil meraih Juara III tingkat nasional pada Selasa (8/5) karena mengusung konsep yang unik dan rinci.
Pihak penyelenggara, UPI menantang para peserta sayembara untuk merancang rumah senilai 25 juta rupiah. Selain tuntutan membuat desain murah, bangunan tersebut juga perlu diusung dengan konsep arsitektur ekologis, dan rumah tumbuh. Pengembangan tersebut mendapat tambahan suplai dana sebesar 75 juta rupiah.
Sayembara ini mengangkat sebuah studi kasus yang berasal dari persoalan nyata seorang warga bernama Dodi. Ia tinggal di Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat. Para peserta pun ditantang untuk menciptakan solusi atas permasalahan tersebut dengan desain sesuai kreativitas masing-masing. Tentunya memberikan rancangan hunian layak, murah, dan ramah lingkungan.
“Hasil akhir lomba ini akan direalisasikan. Bentuk solusi dari permasalahan yang diangkat biasanya menggunakan desain. Jadi memecahkan suatu masalah dengan desain bangunan,” ujar Aji sekaligus ketua tim.
Tim ini ternyata tak hanya menghasilkan sebuah desain rumah murah. Namun juga menawarkan konsep yang lebih detail dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar pemilik rumah.
Aji, Kristanto, dan Daniel mengusung permasalahan di Maleer berupa krisis air dan kepadatan penduduk. Mereka menjawab masalah dengan desain rumah yang dapat menampung kegiatan budidaya jamur, sistem hidroponik, dan filtrasi air hujan untuk memenuhi kebutuhan Pak Dodi. Desain juga dibuat meminimalkan bangunan, sehingga bisa menciptakan ruang sosial. Pengolahan limbah di kawasan rumah juga diperhatikan dengan bio septic tank. Di akhir, tim juga mengasumsikan pendapatan yang diperoleh Pak Dodi nantinya.
“Kita punya nilai positif dibanding tim lain. Kita menawarkan pekerjaan dan nilai ekonomisnya secara lebih lengkap dan rinci. Konsep yang diusung prototipe. Selain mengubah kehidupan Pak Dodi, kami juga berusaha mengubah kawasan tempat tinggalnya,” kata Daniel, anggota termuda dari angkatan 2016.
Sebagai mahasiswa angkatan 2014, baik Aji maupun Kristanto memanfaatkan waktu yang ada untuk mengikuti kompetisi arsitektur. Kelak pencapaian tersebut bisa mengharumkan nama UAJY, sekaligus menjadi bekal selepas lulus.
“Selagi jadi mahasiswa akhir, sebelum lulus ingin membuat pencapaian. Mahasiswa Arsitektur pun juga diharapkan punya eksistensi dibidangnya diantara mahasiswa lainnya,” tutur Kristanto.
Selain itu, dinamika berdialog dengan orang lain tentu menjadi nilai tambah tersendiri yang didapat Aji, Daniel, dan Kristanto. Proses berdiskusi dalam sayembara, serta ilmu-ilmu lain justru banyak ditemukan di luar kelas perkuliahan.
Berbeda angkatan, berbeda pula karakter dan ciri khasnya. Mereka berharap keterlibatan para dosen untuk membimbing para mahasiswa yang mengikuti beragam ajang kompetisi. Sehingga hubungan dua arah, antara mahasiswa dan dosen bisa memberikan hasil yang maksimal pula.
Tim ini berhasil meraih Juara III setelah bersaing dengan para peserta dari universitas lain. Beberapa diantaranya adalah Universitas Katolik Parahyangan, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Bung Hatta. Berawal dari 125 tim yang mendaftar, 70 diantaranya lolos seleksi persyaratan. Penyelenggara memilih 11 karya terbaik, dan tersaringlah lima finalis untuk mempresentasikan desainnya di UPI. Penyelenggara akan merealisasikan desain rumah murah berdasarkan konsep yang diutarakan peraih Juara I.
***