Nomor : 001/Eks/Inf-KAA/2012
H a l : Pengumuman PMB TA. 2013/ 2014

Dengan hormat,
Atas nama Universitas Atma Jaya Yogyakarta, kami mengucapkan selamat dan terima kasih karena UAJY menjadi pilihan Saudara sebagai tempat pendidikan setelah menyelesaikan studi di SMA. Kami sangat bangga atas kepercayaan yang Saudara berikan kepada kami.

Berdasarkan hasil evaluasi, Saudara dinyatakan Lulus dan Diterima sebagai Calon Mahasiswa Baru UAJY TA. 2013/ 2014 pada program studi sesuai tercantum pada daftar terlampir.

Program Studi yang sudah ditetapkan dalam pengumuman ini tidak dapat dialihkan pada program studi lain.

Berikut kami sampaikan jadwal kegiatan selanjutnya :

• Pembayaran angsuran I : sesuai dengan rincian pada SKPUK
• Registrasi Mahasiswa Baru : 10 – 19 Juli 2013
• Perkuliahan dimulai : 26 Agustus 2013

Sekali lagi kami mengucapkan selamat atas keberhasilan Saudara, dengan semangat untuk melayani dalam cahaya kebenaran (Serviens In Lumine Veritatis), kami siap membantu Saudara mempersiapkan masa depan.

Rektor,

Dr. R. Maryatmo, MA

Keterangan :

• Rincian pembayaran dapat dilihat pada SKPUK (Surat Ketetapan Pembayaran Uang Kuliah)
• Bagi yang diterima di Prodi Arsitektur, wajib menyerahkan surat keterangan tidak buta warna.

Keterangan : Rincian pembayaran dapat dilihat pada SKPUK dengan mengakses http://infopmb.uajy.ac.id

Total Record: 635

Total Record:

Berdasarkan penilaian Dewan Juri yang terdiri dari Ike Devi Sulistyaningtyas, M.Si (Dosen FISIP), Drs. C. Jarot Priyogutomo, MBA. (Dosen FE), dan Benidiktus Susanto S.T, M.T (Kepala KHSP) pada tanggal 9 November 2012, telah ditetapkan 3 karya terpilih, yaitu:

Mario Heatubun, Mahasiswa Teknik Sipil

Ilham Trisyastanto, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Victoria Nindya Kirana, Mahasiswa Fakultas Teknobiologi

Selamat kepada para pemenang, dan terima kasih atas partisipasi peserta lomba foto Loving and Caring UAJY.
Hadiah lomba dapat diambil di Kantor Humas, Sekretariat, dan Protokol pada tanggal 19 November 2012.

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) kembali mengembangkan namanya ke ajang International, kali ini dengan mengirimkan tim misi kesenian yang diberi nama Atma Jaya Yogyakarta Arts Company. Misi kesenian tersebut mengikuti “Andong Maskdance Festival – 2012”, di Korea Selatan.

Misi kesenian diwakili oleh Bp. Aloysius Wisnubroto yang merupakan dosen Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan empat mahasiswi, yang terdiri dari : Anysia Imada Kristanti (Fak. Teknobiologi/2010), Carolina Yulent Carlen (Fak. Teknobiologi/2011), Eirene Tawe (Fak. Teknologi Industri/2011), dan Jayanimitta Putri (Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik /2012). Mereka terpilih melalui audisi penari perempuan yang diikuti oleh 26 orang mahasiswi UAJY.

Suatu kehormatan, bahwa UAJY dengan Atma Jaya Yogyakarta Arts Company-nya ini dapat bekerja sama dengan Doea D Arts Studio, selaku partner yang memperoleh undangan dari Andong Maskdance Festival untuk kesekian kalinya. Pada tahun ini Doea D, menanggapi undangan tersebut dengan menggandeng UAJY untuk berkolaborasi dan tampil pada festival tersebut untuk mewakili Indonesia. Doea D membawa tim beranggotakan: M I Niken Titahsihjati (alumnus Fak. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UAJY’92), Mega Lestari, Agung Saputra, Setyastuti dan Iwan Darmawan.
Festival berlangsung selama 10 hari, dibuka dengan Opening Ceremony pada 28 September 2012 dan berakhir pada 7 Oktober 2012. Diikuti oleh sebelas negara, yaitu : Indonesia, Costa Rica, Croatia, Italia, Latvia, Malaysia, Mexico, Russia, Bhutan, Uzbekistan dan Korea Selatan sebagai Tuan Rumah.

Dari seluruh Foreign Maskdance participant, tim Indonesia boleh bangga, karena mendapat kehormatan khusus selama pementasan, sebagai satu-satunya negara yang diberi kesempatan tampil selama tujuh kali di desa paling bersejarah di Korea ; Hahoe Village. Desa ini mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai “The World Herittage Historic Village of Korea”. Pementasan di Hahoe Village, menggunakan panggung di lokasi outdoor, di tepi sungai Nakdong (Nakdonggang), berlatar belakang bukit Buyongdae (Buyongdae Cliff). Pementasan selalu mendapat apresiasi yang bagus dari para penonton yang selalu memadati area pementasan. Selain mendapat kesempatan pentas di desa ini, Indonesia juga memperoleh tiga kali jadwal pentas di panggung Festival (indoor). Pada lokasi Festival ini juga terdapat little theater, yang dibunat secara khusus untuk pementasan wayang kulit dengan lakon “Anoman Duta” dimainkan oleh dalang Bp. Aloysius Wisnubroto. Indonesia menampilkan beberapa reportoar tari, antaralain ; “The Suffering within Caping” dan “Jaipong Mask”, koreografer Iwan Darmawan dan “Ronggeng Jawil”, koreografer Setyastuti, keduanya dari Doea D Arts Studio.

Walikota Andong dan para Pejabat Tinggi di kota Andong pun cukup menaruh perhatian khusus terhadap Indonesia. Dari seluruh Foreign Maskdance participant, hanya Tim Indonesia yang dijamu secara khusus, menikmati hidangan pergantian musim ‘Samgitang’ yang notabene merupakan makanan ‘mewah’. Sebuah kesempatan menyenangkan dan membanggakan bagi anggota tim, karena pada kesempatan itu, dapat sekaligus mengenalkan lebih dekat tentang Indonesia pada umumnya dan UAJY pada khususnya.

Indonesia juga berhasil memperoleh Silver Prize dalam Maskplay Contest and Competition category Individual di Festival ini. Penghargaan tersebut, diraih oleh Iwan Darmawan dengan menampilkan reportoar “3 Masks”.Semua hasil tersebut, merupakan sebuah perolehan yang bisa diberikan oleh Atma Jaya Yogyakarta Arts Company, untuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada khususnya, dan untuk bangsa Indonesia pada umumnya.

Sabtu (24/11) Universitas Atma Jaya Yogyakarta menyelenggarakan upacara wisuda sarjana dan magister Periode I Tahun Akademik 2012/2013. Jumlah wisudawan kali ini sebanyak 487 sarjana dengan rincian 459 sarjana strata satu dan 28 magister. Sedangkan komposisi jumlah lulusan meliputi 44,15% wanita dan 55,85% pria.
Pada wisuda kali ini tercatat sebanyak 64 lulusan (13,14%) dari total lulusan dinyatakan lulus dengan predikat cum laude, dengan perincian 57,81% atau 37 lulusan adalah wanita dan 42,19% atau 27 lulusan adalah pria. Prodi Ilmu Komunikasi merupakan prodi yang paling banyak memiliki lulusan dengan predikat cum laude.

Dari 56 orang program strata 1 yang lulus dengan predikat Cum Laude tersebut berasal dari 35 SMA di seluruh Indonesia, 11 diantaranya dari SMA luar Jawa. SMA yang banyak menghasilkan lulusan dengan predikat Cum Laude adalah :
SMA Stella Duce 1 Yogyakarta , 10 orang
SMA Kolese De Britto Yogyakarta, 7 orang
SMA Regina Pacis Surakarta, 2 orang
SMA Santa Maria Yogyakarta, 2 orang
SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2 orang
SMA Sedes Sapientiae Semarang, 2 orang
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, 2 orang
SMA Tarakanita Magelang, 2 orang

Wisuda kali ini juga meluluskan sarjana dari Program PSSB (Program Seleksi Siswa Berprestasi) dan PMB Unggulan. Tercatat sebanyak 13 lulusan berasal dari Program PSSB dan 179 lulusan berasal dari Program PMB Unggulan. Program PSSB adalah program penerimaan mahasiswa baru yang diperuntukkan bagi siswa SMA yang memiliki prestasi akademik tinggi dan berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Peserta PSSB dibebaskan dari tes masuk dan mendapat beasiswa penuh selama mengikuti kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Program PMB Unggulan adalah program penerimaan mahasiswa baru yang diperuntukkan bagi siswa SMA yang memiliki prestasi akademik tinggi dan berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi yang baik. Peserta PMB Unggulan dibebaskan dari ujian masuk. Sampai dengan wisuda kali ini Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah meluluskan sebanyak 32.728 sarjana dengan rincian 31.407 sarjana strata satu dan 1.321 magister.

Dalam sambutannya, Rektor UAJY Dr. R. Maryatmo, MA. mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena merosotnya toleransi sosial yang terjadi akhir-akhir ini. Maraknya kasus tawuran massal, adanya warga desa yang satu melawan warga desa yang lain. Suku yang satu melawan suku yang lain. Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah tawuran antar kelompok mahasiswa yang seharusnya menjadi cermin kelompok intelektual bangsa Indonesia.

Dengan mengacu pada pendapat Antony Oberschall (1978), Rektor mengungkapkan bahwa secara tidak langsung konflik sosial terjadi karena tidak terpenuhinya rasa keadilan dan pemerataan. Bentuk konflik tersebut bisa berwujud demo, mogok kerja, sampai pada berbagai kekerasan seperti yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, dan bisa juga terjadi antar kelompok klas sosial, ras, agama, suku, dan sebagainya.
Rasa ketidakadilan bisa muncul karena adanya substansi ketidakadilan, namun bisa juga karena rasa subjektivitas ketidakadilan. Tanpa kehadiran pemerintah substansi keadilan tidak akan tercapai. Akan tetapi, kehadiran pemerintah yang tidak adil justru akan melahirkan ketidakadilan yang baru. Dibutuhkan kehadiran pemerintah yang adil untuk mencapai substansi keadilan.

Rasa ketidakadilan juga bisa muncul karena rasa subjektifitas keadilan yang hidup di masyarakat. Subjektifitas rasa ketidakadilan ini bisa muncul karena eksklusifitas masyarakat. Eksklusifitas masyarakat memunculkan prasangka-prasangka buruk antar kelompok masyarakat. Saling bergaul, saling mengenal bisa melunturkan prasangka-prasangka buruk yang akan berkembang. Pepatah tak kenal maka tak sayang berlaku di sini
Berangkat dari keprihatinan itu UAJY akan mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang tidak hanya unggul, humanis, dan inklusif. Namun, pemimpin bangsa yang terbuka pergaulannya terhadap berbagai kelompok masyarakat. Mahasiswa UAJY yang berasal dari Sabang sampai Merauke harus tidak hanya unggul, tetapi juga harus bisa bekerja sama, hidup rukun, dan saling toleran satu sama lain. Mahasiswa UAJY harus peduli dengan permasalahan-permasalahan di lingkungannya. Untuk mendukung program tersebut UAJY berencana akan membangun asrama mahasiswa, student centre sebagai sarana pembelajaran terhadap toleransi serta akan menyediakan lebih banyak lagi beasiswa bagi mereka yang perekonomiannya kurang mampu.

Masalah transportasi di Yogyakarta mungkin secara umum sama dengan masalah transportasi di kota kota besar lainnya. Khususnya dalam beberapa tahun terakhir ini, peningkatan volume kendaraan dirasakan cukup tinggi. Hampir di semua persimpangan di kota Yogyakarta mengalami kemacetan, terlebih pada jam-jam sekolah dan kantor. Ada beberapa hal yang menyebabkan peningkatan volume lalu lintas ini. Salah satunya adalah karena mobilitas manusia yang meningkat dan makin beragamnya daerah asal dan tujuan perjalanan. Terlebih lagi karena Yogyakarta yang menyandang predikat sebagai kota Istimewa ini memang menjadi salah tujuan wisata yang terkemuka di Indonesia. Untuk menangani masalah tersebut, hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke penggunaan angkutan umum dalam melakukan perjalanan.

Angkutan umum (public transport) berkembang menjadi kebutuhan pokok suatu kota. Angkutan umum merupakan salah satu penggerak roda ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, buruknya pelayanan angkutan umum bisa mempengaruhi tingkat produktifitas manusia.

Kepedulian terhadap persoalan tersebut telah mendasari Himpunan Alumni Jerman dan Pusat Budaya Jerman Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Nasional di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada Selasa, 20 November 2012. Tema yang digelar adalah, “Transportasi Publik DIY : Sudahkah Istimewa ?”. Sebagai pemakalah dalam seminar nasional ini adalah para akademisi transportasi publik yang sudah tidak asing lagi, seperti Prof. Dr. Ing. Ahmad Munawar (Himpunan Alumni Jerman Yogyakarta – UGM), Dr. Ir. Moh. Nanang, M.Sc. (Badan Kerja Sama Internasional Jerman – GIZ), Dr. Ir. Imam Basuki, MT (Fakultas Teknik UAJY). Sebagai nara sumber yang lain hadir pula Ir. Agus Minang SN dari Dishubkominfo kota Yogyakarta. Sedangkan Bambang Wiratmojo, S.Sos., MA., dan Lukas Ispandriarno, Ph.D. dari UAJY bertindak sebagai Moderator.

Di samping civitas akademika UAJY dan para alumni Jerman, seminar ini juga dihadiri para praktisi transportasi publik yang memberikan kontribusi pemikiran terhadap persoalan yang menjadi keprihatinan banyak pihak ini. Dari pandangan umum yang berkembang di masyarakat menyangkut persoalan transportasi publik dapat diambil kesimpulan bahwa : transportasi publik itu kurang nyaman, kurang aman. Di samping itu, transportasi publik itu juga menyusahkan. Tidak tersedianya jadwal/rute yang jelas membuat publik yang tidak terbiasa menggunakan angkutan umum menjadi bingung. Transportasi publik itu juga menjengkelkan. Pada umumnya, bus dan angkot suka ngetem berlama-lama, atau melaju dengan kecepatan di bawah normal ketika jalan raya sedang dalam keadaan sepi dan bebas sehingga inefisiensi waktu. Dan akhirnya, transportasi publik itu menyeramkan. Sopir yang kadang diganti dengan sopir pocokan amat membahayakan penumpang dan pemakai jalan lainnya. 2 mahasiswa UGM pernah tertabrak angkutan umum hingga tewas di dalam lingkungan kampus.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi umum di Yogyakarta, dikembangkan transportasi umum terpadu yang kemudian disebut dengan Trans Jogja. Sistem yang ditawarkan di Trans Jogja tidak jauh berbeda dengan transjakarta. Penumpang cukup hanya sekali membeli tiket dan mereka bisa melakukan perjalanan kemana saja dan bebas berpindah bus dengan catatan tidak meninggalkan halte bus. Dari segi pelayanannya sendiri, Trans Jogja tentu lebih baik dibandingkan dengan bus kota. Rute bus telah diatur sedemikian rupa sehingga tempat pemberhentian bus dapat diketahui oleh penumpang, jadi penumpang tidak perlu khawatir tersesat. Dari segi keamanan perjalanannya pun lebih baik daripada angkutan umum, karena kecepatan bus lebih stabil dan kapasitas bus juga terkendali oleh adanya petugas.

Namun, harus disadari juga bahwa sejak awal periode pengoperasionalnya sampai sekarang ternyata ada beberapa kekurangan atau penurunan kualitas layanan Trans Jogja. Hal pokok yang perlu diperhatikan adalah masalah ketepatan waktu, baik waktu perjalanan maupun kedatangan. Adapun kendala yang dihadapi selama perjalanan adalah:
1. Jadwal kedatangan bus yang tidak bias dipastikan
2. Saling serobot antar penumpang ketika akan menaiki bus
3. Kapasitas shelter tidak mencukupi ketika terjadi penumpukan penumpang.

Ada juga kendala lain terkait dengan keberadaan transjogja, misalnya keberadaan shelter itu sendiri. Sebagian besar shelter dibangun di atas trotoar pejalan kaki. Ini tentu akan mengganggu aktivitas pejalan kaki. Trotoar yang dulunya digunakan untuk memfasilitasi pejalan kaki menjadi terpotong.

Saat ini jumlah bus Trans Jogja yang beroperasi tidak imbang dengan jumlah penumpang yang mencapai 10.000 per hari dan membludak hingga 20.000 per hari jika liburan tiba. Akibatnya, penumpang harus mengantre lama bila hendak menggunakan jasa Trans Jogja. Terhadap persoaalan ini, Pemda terkesan lepas tangan dengan membiarkan armada bus Trans Jogja berjalan sendiri dalam menata manajemennya. Mimpi untuk memiliki layanan tranportasi yang layak dan mampu memberi kepuasaan masyarakat sepertinya sirna. Sebut saja lama waktu menunggu penumpang bus Trans Jogja antara bus yang satu dengan bus berikutnya di selter pada 2008 dirancang hanya 14 menit. Kenyataannya saat ini lama antrean penumpang bisa mencapai 20 menit bahkan lebih. Tidak itu saja, dengan alasan macet [kawasan Malioboro] kerap kali penumpang diturunkan tidak pada selter yang telah disiapkan.

Dibutuhkan political will dari para eksekutif dan legislatif untuk segera turun tangan mengatasi persoalan yang kian rumit dalam tubuh manajemen bus Trans Jogja. Seandainya diperbolehkan berikan kepercayaan kepada sejumlah operator untuk mengelola Trans Jogja. Artinya dengan operator tidak monopolistik akan tercipta persaingan sehat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jangan sampai keberadaan bus Trans Jogja hanya tinggal nama, dan telur itu akhirnya jatuh dari tanduknya. Kata-kata manis Enrique Peñalosa, mantan Walikota Bogota, yang marak menyebar di dunia maya, bisa juga diartikan sebagai sindiran bagi Yogyakarta. “Negara maju bukanlah negara tempat orang miskin mengendarai mobil; ia adalah tempat orang kaya menggunakan transportasi publik.”

Dalam bidang politik, India merupakan salah satu kekuatan demokratis terbesar dunia dengan melihat jumlah penduduk dan sistem pemilihan umum yang bersifat demokratis. Sementara Indonesia juga telah diakui dunia sebagai salah satu kekuatan demokrasi dunia. Persamaan sejarah dan visi dalam memperjuangkan kepentingan negara berkembang inilah yang merupakan modal dasar yang dapat digunakan sebagai peluang peningkatan potensi kerja sama bilateral kedua negara. Satu hal yang dapat dipastikan adalah, bahwa hubungan India – Indonesia yang ada sekarang memerlukan peningkatan yang tajam, dan semua pihak perlu menyadari bahwa beberapa dasawarsa terakhir telah lewat tanpa arti mendalam bagi hubungan kedua negara, sehingga perlu dilakukan upaya baru untuk “make-up for lost time” dalam hubungan bilateral India-Indonesia selanjutnya. Tak terkecuali melalui pendekatan kebudayaan dan pendidikan sebagaimana dilakukan oleh UAJY dan Kedutaan Besar India.

Sebagai bagian dari kerja sama internasional yang dijalin antara UAJY dengan Jawaharlal Nehru Indian Cultural Center Kedubes India, maka diselenggarakan event : Slice of India. Event ini merupakan salah satu acara untuk memperkenalkan budaya India dalam berbagai perspektif. Kegiatan ini telah terselenggara di berbagai universitas seperti UI, UGM, dan Universitas Paramadina. Aktivitas budaya ini merupakan perwujudan spirit of friendshipness antara indonesia dan India yang telah terjalin ratusan tahun. Tema yang disusun di Universitas Atam Jaya yogyakarta adalah Exploring the Beauty of India at Universiats Atma Jaya Yogyakarta (Menjelajahi Keindahan India di Universitas Atma Jaya Yogyakarta) Rabu (28/11).

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Kampus 2 Gedung Thomas Aquinas tersebut dibuka dengan sambutan selamat datang oleh Rektor UAJY, Dr. R. Maryatmo, MA., yang dilanjutkan oleh pidato duta besar India, Mr. Gurjit Singh. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pertukaran cindera mata oleh kedua belah pihak.
Kemudian Dosen FISIP UAJY, Dina Listyorini memberikan pemaparan tentang Beauty of India. Dilanjutkan oleh Direktur JNICC, Zahur H. Zaidi, yang menjelaskan tentang benang merah dari tradisi dan kesempatan belajar bagi mahasiswa/pelajar Indonesia ke India. Bagaimanapun, pendidikan di India merupakan salah satu pendidikan yang terbaik di dunia dengan biaya yang relatif murah dibandingkan negara lain, bahkan menurut Duta Besar Indonesia untuk India, biaya pendidikan di India hanya seperlima dari biaya pendidikan di negara-negara Eropa dan AS. Bukti kehandalan pendidikan tinggi India, di antaranya dapat dilihat dari banyaknya para sarjana India yang menempati posisi penting di perusahaan-perusahaan kelas dunia. SDM asal India terkenal berdaya saing tinggi dan tangguh.

Pada kesempatan berikutnya ditampilkan acara kebudayaan yang berupa presentasi tari-tarian India.

Titus Adi Nugroho, Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2008