Quantcast
Channel: UAJY
Viewing all 1483 articles
Browse latest View live

UAJY Awali Program Magister Ilmu Komunikasi dengan Kuliah Umum “Communication Management in Times of Uncertainly”

$
0
0

Pada hari Senin, 22 Mei 2017 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menyelanggarakan peluncuran pembukaan program Magister Ilmu Komunikasi (MIK) di Auditorium Gedung Teresa, Kampus 4 UAJY, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UAJY. Bersamaan dengan  launching program Magister Ilmu Komunikasi ini juga diadakan kuliah umum dengan tema “Communication Management In Times Of Uncertainly” dengan pembicara Professor Dr. Martin Loffelholz dari Technische Universitat Ilmenau Jerman.

Sebelum dimulainya kuliah umum “Communication Management In Times Of Uncertainly” dilakukan prosesi penyerahan dokumen Surat Keputusan (SK) Pembukaan Prodi Baru No.212/KPT/I/2017 dari Wakil Rektor 1 UAJY Bidang Akademik dan Sistem Informasi  The Jin Ai, S.T., M.T.,  Dr. Eng. kepada kepala Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Komunikasi Dr. Phil. Lukas S. Ispandriarno.

Program Magister Ilmu Komunikasi UAJY ini mempunyai tujuan untuk menghasilkan profesional di bidang manajemen ilmu komunikasi dan media, yang memiliki kemampuan mengelola praktik-praktik komunikasi di berbagai lembaga. Peluncuran pembukaan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi ini merupakan suatu kebanggaan bagi UAJY yang pada tahun lalu baru saja membuka Prodi Sistem Informasi di bawah Fakultas Teknologi Industri. “berhasil dibukanya program MIK ini merupakan bentuk kemajuan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam semakin meluaskan pelayanan kepada masyarakat umum, dalam hal menyediakan suatu jenjang pendidikan yang lebih tinggi” ujar Warek 1 UAJY The Jin Ai dalam sambutannya membuka peluncuran program MIK.

Usai dilaksanakannya peluncuran MIK  dengan simbolisasi penyerahan  SK  pembukaan prodi baru dari Wakl Rektor I Kepada Kepala Prodi MIK digelarlah Kuliah umum “Communication Management In Times Of Uncertainly” yang membahas strategi mengelola komunikasi di era ketidakpastian seperti sekarang ini. Pelaksanaan kuliah umum yang mendatangkan Professor Dr. Martin Loffelholz dari Jerman sebagai pembicara ini merupakan hasil dari hubungan kerjasama yang dijalin oleh Prodi MIK Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan Technische Universitat Ilmenau Jerman


Saatnya Generasi Muda Lestarikan Candi

$
0
0

Prestige PR Consultant, mahasiswa PR FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menggelar rangkaian acara Generasi Muda Rawat Candi, “Gemar Candi”. Acara pertama berupa Seminar Edukasi di Ruang Seminar Gedung Bonaventura UAJY, pada Selasa (23/5).

Seminar Edukasi mengajak anak muda untuk ikut melestarikan dan merawat candi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Prestige PR Consultant, mayoritas pengunjung candi adalah pelajar. Setelah ditelusuri lebih jauh, mereka belum teredukasi dalam melestarikan candi. Sejauh ini, pelajar datang hanya untuk berwisata, tanpa kesadaran lain untuk turut merawat candi. Akibatnya mereka melakukan vandalisme dan perusakan pada cagar budaya tersebut.

“Kegiatan ini berdasarkan pada keprihatinan kami terhadap para pelajar sebagai pengunjung utama candi. Mereka belum teredukasi, dalam arti berkunjung ke candi memang murni untuk wisata,” ujar Laurentia Hesty, koordinator rangkaian acara Gemar Candi.

Target acara ini menyasar para pelajar, khususnya para pelajar dari 10 SMA di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun tak menutup bagi khalayak umum untuk ikut bergabung dalam Seminar Edukasi Gemar Candi.

Seminar yang sekaligus menjadi acara pertama dari rangkaian kegiatan Gemar Candi ini dihadiri oleh dua pembicara. Mereka adalah Ari Setyastuti sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Nugroho Wibisono dari Komunitas Pecinta Candi Kandang Kebo.

Turut menyempurnakan seminar ini datang pula perwakilan Balai Pelestarian Cagar Budaya, Dinas Pariwisata Provinsi DIY, dan Komunitas Pecinta Candi Kandang Kebo. Khalayak umum rata-rata juga berasal dari bidang pariwisata dan pecinta cagar budaya.

Salah satu pembicara Seminar Gemar Candi menekankan, kita sebagai anak muda perlu untuk merawat aksara nusantara. Hal ini demi mencegah datangnya kesadaran yang terlambat bagi sebagian besar pelestari aksara khususnya, dan seluruh rakyat Indonesia pada umumnya, yang biasanya baru ramai memperjuangkan setelah budayanya diklaim oleh bangsa lain.

“Kita harus melestarikan aksara nusantara. Sebab tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun ke depan, aksara nusantara dapat diklaim negara lain. Banyak negara yang bangga akan aksaranya sendiri,” jelas Nugroho Wibisono.

Prestige PR Consultant Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggandeng PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko akan melanjutkan rangkaian kegiatan Gemar Candi esok hari. Pada Rabu, 24 Mei 2017 tiap sekolah yang terpilih akan mengirimkan siswa untuk menjadi Duta Gemar Candi. Sebelumnya peserta candi akan mengikuti Smart Tour, dengan rute Candi Prambanan-Gunung Wukir-Borobudur. Harapannya, agar mereka mampu berpartisipasi dan melakukan kampanye untuk merawat dan melestarikan candi secara langsung, minimal kesadaran itu telah tumbuh dari lingkungan sekolah.

Welcoming Ceremony Mahasiswa Puget Sound University USA

$
0
0

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) kembali bekerjasama dengan Puget Sound University USA dalam penyelenggaraan  Luce Initiative on Asia Studies and the Environment (LIASE) Program. Acara welcoming ceremony untuk mahasiswa WNA dari Puget Sound University USA digelar pada Rabu (24/5) di Ruang Seminar Gedung Perpustakaan UAJY. Hadir dalam acara tersebut jajaran Dekanat FISIP dan staf Kantor Kerjasama & Promosi (KKP) UAJY.

Program ini sudah dua kali diadakan, dalam penyelenggaraan kali ini, US Embassy Jakarta juga turut mendukung acara ini. Kegiatan ini dilaksanakan di bawah program The Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) youth program of ASEAN dengan melibatkan 10 orang mahasiswa Puget Sound University dan 10 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi salah satunya adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Industri UAJY.

Selama pelaksanaan program, Kantor Kerjasama dan Promosi (KKP) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) akan mendampingi dan membantu dalam penyediaan sarana pendukung. Program ini akan berlangsung selama dua minggu dan akan ditutup dengan closing ceremony pada 5 Juni 2017 mendatang.

Dalam program ini, mahasiswa akan turut merasakan bagaimana suasana belajar di kelas. Tak hanya itu, mereka juga belajar mengenai seni dan budaya Jawa, serta Bahasa Indonesia. Untuk dapat lebih mengetahui kegiatan sehari-hari masyarakat, mahasiswa akan diajak untuk live in selama dua hari di desa wisata Sleman.

Dalam acara welcoming ceremony tersebut, mahasiswa asing diberi kesempatan untuk memberikan kesan tentang Indonesia.

“Karena suka bahasa Indonesia, saya akan meneliti bahasa-bahasa di Indonesia dan budayanya,” tutur Nicholas dalam Bahasa Indonesia yang lumayan fasih.

“Kami berharap dengan adanya kunjungan ini dapat memberikan pengalaman personal tentang Yogyakarta dan membuka pemikiran serta sudut pandang agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami orang Indonesia, khususnya budaya Jawa,” jelas Dr. MC Ninik Sri Rejeki, M.Si. selaku Dekan FISIP UAJY dalam sambutannya.

Melawan Korupsi Bersama IFI dan KPK melalui Sekolah Integritas

$
0
0

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, namun masih banyak penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut disebabkan karena kekayaan alam di Indonesia tidak dimanfaatkan secara optimal dan dalam proses pemanfaatan tersebut terdapat berbagai pihak yang melakukan korupsi.

Tidak hanya di dunia politik, korupsi terjadi di mana saja. Di dunia pendidikan korupsi bisa terjadi misalnya penggelapan dana pendidikan bahkan mencontek. Mencontek merupakan tindakan awal korupsi karena mencontek mengajarkan mahasiswa untuk memperoleh hasil yang bagus tanpa belajar. Melihat hal tersebut, Lembaga Belajar Mahasiswa (LBM) mengadakan acara Sekolah Integritas pada 28 Mei 2017.

Acara yang diadakan di Gedung Thomas Aquinas, Kampus II Universitas Atma Jaya (UAJY) ini disi oleh Zaka Ahmad yang merupakan Ketua Institute For Integrity (IFI), Sardika dan Catur Anna yang merupakan Humas IFI serta Robby Imam Sulaiman dan Bayu Akbar sebagai Koordinator ACLC dari Deputi Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK RI.

Integritas merupakan nilai yang penting namun hanya mendapat porsi yang sedikit dalam dunia pendidikan. Sebagian besar dunia pendidikan lebih mengutamakan akademis sehingga melahirkan pemimpin yang terampil dan cerdas namun kurang atau tidak berintegritas.

“Sebagian besar, kuliah di Indonesia seperti bank. Nasabah memberi uang, disimpan teller, lalu diambil kembali oleh nasabah. Dosen datang memberi ilmu, lalu ilmu disimpan mahasiswa kemudiaan saat ujian dosen meminta ilmu tersebut,” kata Zaka.

Hal pertama yang harus dilakukan supaya bisa menjadi mahasiswa berintegritas adalah berfikir kritis. Berfikir kritis adalah tindakan jujur terhadap diri sendiri, mengetahui batasan diri tentang masalah, penasaran dan open mind, objektif, mencari kebenaran bukan pengakuan diri, skeptis dan kritis terhadap diri sendiri.

Acara yang diikuti oleh 93 peserta ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu Berfikir Kritis, Leadership Integrity, Orientasi Akademik  dan Talkshow dengan tema Pentingnya Integritas dalam Pengembangan Karakter guna Mempersiapkan Calon Pengemban Profesi yang Bebas dari Korupsi.

“Diharapkan melalui Sekolah Integritas, kalian tidak melakukan korupsi lagi. Mulailah menghargai hak orang lain,” jelas Robby Imam Sulaiman.

UAJY Ajak Mahasiswa untuk Menjadi Pemenang

$
0
0

Dalam dunia modern ini, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang begitu pesat. Berdasarkan dengan hal ini, pengembangan karakter dan mental manusia sangat perlu diperhatikan. Terutama para generasi muda harus mampu untuk membangun karakter sebagai pejuang. Berangkat dari hal tersebut, Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mengadakan seminar dengan tema “Menjadi Pemenang Bukan Pecundang”.

Seminar ini berlangsung pada hari Sabtu, 27 Mei 2017 pukul 09.00-12.00 WIB di Auditorium Kampus 3 UAJY. Acara ini diikuti sebanyak 50 peserta dari UAJY. Narasumber dalam seminar ini adalah pelatih Olimpiade Emas Indonesia 2016 yaitu Putera Lengkong, M.B.A.

Seminar ini bertujuan untuk memotivasi para mahasiswa untuk memiliki semangat juang untuk maju menjadi pemenang baik dalam hal akademis maupun praktisi.

“Segala sesuatu dimulai dari pikiran. Jika kita percaya bisa maka kita bisa. Begitu pula dengan sebaliknya. Seorang pemenang menjadi bisa karena selalu mencari cara. Sedangkan seorang pecundang menjadi kalah karena selalu mencari alasan,” tutur Putera Lengkong, M.B.A.

Melalui seminar ini, diharapkan agar mahasiswa dapat membentuk mindset yang lebih positif dan berkualitas. Sehingga perkataan dan tindakan juga bisa menjadi lebih berkualitas. Selain itu, narasumber juga menyampaikan agar mahasiswa bisa menjadi lebih proaktif, berani bertanggung jawab, dan menjadi seorang problem solver.

Lomba Poster Menuju Kampus Hijau UAJY

$
0
0

Indonesia memiliki hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. Namun, semakin lama hutan di Indonesia semakin berkurang karena pohon ditebang, dibakar dan lain-lain. Selain itu, hilangnya hutan juga disebabkan karena tempat tersebut akan dibangun sebuah gedung. Berkurangnya hutan dan timbulnya berbagai pencemaran seperti pencemaran udara dan tanah dapat menyebabkan globalisasi.

Oleh sebab itu, kondisi lingkungan saat ini membutuhkan perlindungan dan pemanfaatan secara lebih baik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) memiliki visi-misi salah satunya yaitu humanis. Humanis bukan berarti mengarah kepada manusia saja namun juga pada lingkungan. Dengan dasar visi misi tersebut, UAJY terus berusaha membangun kampus hijau sebagai perwujudan nyata nilai humanis terhadap lingkungan.

Sebagai langkah awal untuk membangun kampus hijau, UAJY mengadakan acara Lomba Poster Go Green Campus UAJY pada 5 April-26 Mei 2017. Lomba tersebut diadakan oleh Pusat Studi Energi (PSE) UAJY, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan Himpunan Mahasiswa Arsitektur UAJY (HIMA Tricaka UAJY). PSE UAJY merupakan sebuah lembaga yang menangani hal-hal terkait dengan sistem energi, misalnya penghematan energi dan konservasi energi.

“Salah satu hal yang pernah dilakukan oleh PSE yaitu mengevaluasi energi apa yang boros. Setelah itu melakukan tindakan misalnya penggantian lampu menjadi lampu LED. Setelah dilakukan penggantian, UAJY menghemat biaya sebesar Rp 19.800.000,00,” Jelas Joko Santoso selaku Ketua PSE.

Lomba tersebut  terbagi menjadi 3 tahap yaitu pengumpulan karya, pameran dan presentasi. Lomba yang diadakan di Gedung Thomas Aquinas, Kampus II UAJY ini diikuti oleh 30 kelompok ataupun perseorangan yang merupakan mahasiswa UAJY. Penjurian dilakukan 2 tahap yaitu voting dan penjurian presentasi. Voting dilakukan saat tahap pameran. Yang berhak memberi voting adalah para mahasiswa. Penjurian presentasi dilakukan saat presentasi.

Pemenang dari lomba ini yaitu Juara I David Jeffry Nasir dan Chrispina Yovita Putri, Juara II Ferdian C.F dan Christoper Nehemia Balalembang, Juara III Bintang Pandu Prakoso serta Juara IV Hendry Tri Febianto, Markus Hendriko dan Ray Palmer Sitakar.

Hasil lomba poster tersebut akan menjadi bagian dari komponen interior kampus yang selain memberi keindahan juga memberi makna dan karakter UAJY yang peduli dan ramah terhadap lingkungan.

“Harapannya, kegiatan sederhana ini dapat menjadi awal untuk kegiatan-kegiatan lain yang lebih bervariasi dan lebih besar manfaatnya terhadap kelestarian kampus yang hijau,” kata Joko.

 

Kalender Akademik T.A. 2017/2018

Pengumuman Herregistrasi Semester Gasal T.A. 2017/2018


Talkshow “Ngecopreneurship”

$
0
0

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terlihat dari merambahnya dunia bisnis di berbagai kalangan. Perkembangan teknologi dan informasi seperti media sosial turut mendorong entrepreneur terlebih entrepreneur muda untuk mulai menjajaki dunia bisnis.

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan dunia bisnis, yang disayangkan adalah penggunaan atau pengkonsumsian produk serta proses produksi yang kurang memperhatikan lingkungan. Melihat kondisi lingkungan saat ini, keterlibatan bisnis sangat besar terhadap penurunan kualitas lingkungan. Efek yang ditimbulkan oleh polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut sering dikenal dengan pemanasan global (global warming).

Sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam kelompok studi kewirausahaan menyelenggarakan Talkshow Kewirausahaan NGECOPRENEURSHIP bertajuk “Bisnis Berbasis Lingkungan” bertempat di Ruang Seminar Lt. 2 Gedung Bonaventura Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Senin (30/5).

“Acara ini sendiri bertujuan agar teman-teman tidak hanya bisnis saja yang dipikirkan tapi juga lingkungannya,” ujar Asteria Maharani selaku ketua panitia.

DSC_4416

Acara yang sekaligus menjadi project salah satu tugas mata kuliah ini menghadirkan narasumber yaitu Siane Caroline (Owner of  Kebun Roti), Akmal Akbar (Owner of ALOK Indonesia) serta Christy Mahanani (Owner of Kinanthi Soap) dan dimoderatori oleh Severin Lintang Kinasti.

Di sesi pertama Siane Caroline menceritakan awal mula perjalanannya memulai bisnis Kebun Roti. Kebun Roti sendiri merupakan nama produk roti yang diproduksi dengan menggunakan ragi alami yang berasal dari kebun.

Selain itu Siane turut menjelaskan bagaimana penetapan harga serta kendala-kendala yang digunakan dalam bisnis Kebun roti tersebut. “Untuk penetapan harga yang jelas harus kenal pemasok atau supplier atau berusaha cari bahan lokal jadi jatuhnya akan lebih murah. Sedangkan kendalanya paling ada di bahan baku, karena tergatung oleh musim,” ujar Siane.

Tidak lupa Siane turut menceritakan bagaimana startegi untuk tetap survive dalam mengembangkan bisnisnya. “Yang jelas main kreativitas, harus cari tahu trend yang ada, jangan bikin usaha yang gitu-gitu aja lalu gak ada ciri khasnya. Buat usaha yang sehat yang masa depannya panjang dan selalu pilih yang punya nilai lebih,” jelas Siane.

DSC_4427

Lain halnya dengan pembicara yang kedua Akmal Akbar yang menceritakaan asal mula bisnisnya yaitu ALOK Indonesia. “ALOK Indonesia adalah produk kaos organik dan berbahan organik. Hasil dari penjualan kaos ini nantinya untuk membantu orang-orang sakit yang butuh bantuan di Indonesia. Dengan membeli kaos ini maka kalian sudah membantu orang-orang yang membutuhkan,” jelas Akmal.

Di sesi terakhir Christy Mahanani menjelaskan mengenai asal mula bisnisnya, bagaimana penetapan harganya, kendala apa saja yang dihadapi serta strategi yang dilakukan dalam membangun usaha Kinanthi Soap.

Kebhinnekaan Indonesia dari Perspektif Indonesia Timur

$
0
0

Kawasan Indonesia Timur bukan merupakan suatu entitas yang tunggal namun merupakan suatu entitas yang sangat beragam. Pertemuan, kerja sama, pergesekan dan bahkan konflik-konflik seringkali hadir dalam dinamika kehidupan bersama mereka, namun pengalaman-pengalaman tersebut justru mengembangkan berbagai macam kearifan lokal yang seringkali terbungkus melalui tradisi-tradisi mereka.

Akhir-akhir ini Indonesia seringkali diwarnai dengan berbagai tindak kekerasan dan intoleransi oleh kelompok-kelompok masyarakat yang memaksakan kehendak dan kurang menghargai ruang perbedaan. Keberbedaan yang jelas dilindungi secara konstitusi dalam UUD 1945 dan Pancasila, serta tertuang dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, akhir-akhir ini justru dipertajam sekat-sekat perbedaannya melalui konstruksi politik identitas kelompok. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pusat Studi Kawasan Indonesia Timur UAJY, Argo Twikromo, Ph.D dalam pembukaan Seminar Nasional Indonesia Timur (SENANTI) 2017 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jumat (2/6).

image2

Ia menambahkan media sosial pun telah dimanfaatkan sebagai wahana untuk menebar kecurigaan, kebencian, permusuhan dan perpecahan antar kelompok etnis dan agama dengan membangun logika-logika sesuai dengan “kebenaran”-nya sendiri. Menurut Argo, negara harus hadir dalam kasus kebhinnekaan ini. Pasalnya, ruang toleransi dan keragaman sering dimanfaatkan oleh organisasi masyarakat untuk menggerus, merusak dan menjungkirbalikkan tali persaudaraan sosial budaya antar manusia.

Berangkat dari persoalan kebhinnekaan tersebut, PUSKIT UAJY (Pusat Studi Kawasan Timur Universitas Atma Jaya Yogyakarta)  menyelenggarakan Seminar Nasional Indonesia Timur (SENANTI) 2017 dengan tema “Melihat Indonesia dari Timur”. Seminar Nasional ini dirangkai dengan Pameran dan Gebyar Budaya untuk memberikan pemahaman yang nyata terhadap rajutan sosial-budaya masyarakat Indonesia Timur.

image3

The Jin Ai, S.T., M.T., Dr. Eng selaku Wakil Rektor I UAJY, dalam sambutannya mengatakan turut prihatin dengan kondisi NKRI sekarang.

“UAJY yang sudah berdiri sejak tahun 1965 sudah memikirkan nilai-nilai integritas sebagai pegangan dari Universitas ini, karena ingin bersama-sama berkontribusi melalui pikiran dan hal-hal kecil yang dilakukan bersama. Saya mengapresiasi PUSKIT UAJY yang peduli dengan isu kebhinnekaan yang sedang melanda NKRI sekarang ini,” jelasnya.

Kegiatan yang diadakan di Auditorium Kampus III Gedung Bonaventura UAJY ini mengundang dua pembicara, Dr. Akhmad Kadir M. Hum dari Universitas Cendrawasih Papua dan Dr. Anna Marie Wattie, MA dari Universitas Gajah Mada.

Akhmad menuturkan, Papua tampil menjadi pemersatu antar semua golongan, etnis, dan agama. Salah satu keunggulan dari komunitas-komunitas di Papua adalah keterbukaan pada semua entitas kultural dan mereka mampu menerima, mengakui, dan menghormati perbedaan.

image5

“Meskipun sering terjadi konflik antar suku, namun komunitas-komunitas adat di Papua memiliki cara penyelesaian konflik lewat kearifan lokal mereka, seperti “makan bersama”, “bakar batu”, “para-para adat” yang disertai dengan pemotongan hewan kurban,” jelasnya.

Dengan adanya Seminar Nasional Indonesia Timur ini diharapkan dapat membuka wawasan kalangan akademisi dan masyarakat umum dalam usaha merawat dan mengawal kebhinnekaan yang sebenarnya sudah tercermin dalam pengelolaan relasi kehidupan harmoni masyarakat Indonesia Timur pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Mahasiswa UAJY Suguhkan Pagelaran Budaya Nusantara 2017

$
0
0

Menurut sosiolog Prof. Dr. J. Nasikun, masyarakat multikultural adalah sebuah masyarakat bersifat majemuk yang secara struktur memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse yang ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem nilai dari satu kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial. Tak mengherankan bila Samuel P. Huntington (1993) “meramalkan” bahwa sebenarnya konflik antar peradaban di masa depan tidak lagi disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik dan ideologi, tetapi justru dipicu oleh masalah-masalah multikultural (kebhinnekaan).

Kebhinnekaan bukanlah faktor yang harus diingkari atau diseragamkan, apalagi ditertibkan dengan jalan kekerasan, tetapi sebagai sebuah panggilan ilahi untuk bersama-sama mewujudkan keadilan dan kebaikan bersama. Sikap toleran menjadi prasyarat mutlak yang semestinya dimiliki setiap masyarakat Indonesia. Toleran sebagai sikap mental dan etika kebaikan dalam rangka mewujudkan perserikatan yang otentik, perkauman yang solid, dan kebhinnekaan yang dinamis dan produktif. Toleran sebagai sikap melucuti watak-watak merasa benar dan menang sendiri. Sebab dengan toleransi seseorang tengah berupaya mengekang dirinya dari godaan merasa benar sendiri, sok kuasa, dan pengekangan hasrat mendesakkan keinginannya kepada yang lain. Walaupun lahir dengan banyak kemungkinan, tetapi satu hal yang semestinya tetap disadari adalah kenyataan bahwa jati diri manusia senantiasa dirumuskan oleh kehadiran yang lain.

artchipelago3  

Setelah berakhirnya Perang Dingin, kecenderungan yang terjadi bukanlah pengelompokkan masyarakat ke dalam entitas tertinggi, yaitu pengelompokkan peradaban. Fenomena yang terjadi adalah berkebalikan, yakni perpecahan menuju entitas yang lebih kecil berdasarkan suku dan etnisitas. Hal ini jelas sekali terlihat pada disintegrasi Uni Soviet yang secara ironis justru disatukan oleh dasar budaya dan peradaban yang sama. Lain lagi, persoalan perpecahan antara Jerman Barat dan Jerman Timur yang kembali bersatu karena persamaan suku dan kebudayaan. Dalam kasus ini kebhinnekaan telah menjadi faktor pemersatu yang kokoh.

Menyadari kedahsyatan kebhinnekaan sebagai faktor pemersatu yang kokoh,  Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya Nusantara Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UKM SBN UAJY) menyuguhkan Pagelaran Budaya Nusantara dengan thema “Artchipelago” di pelataran Kampus II, Gedung Thomas Aquinas, Babarsari, Yogyakarta pada Sabtu malam (3/6/2017). Terdapat beberapa stand yang ikut mendukung pagelaran tersebut, yakni stand NTT, Papua, Nias, Kalimantan, Toraja, dan Batak. Di samping memamerkan kreasi-kreasi hasil budaya masing-masing, mereka juga  menyuguhkan tarian-tarian dan kesenian lainnya dari daerah asal mereka. Warek III UAJY, R. Sigit Widiarto, SH. LL.M. berkenan membuka acara tersebut.

Dalam sambutannya, Sigit mengapresiasi semangat dan kesungguhan para mahasiswa yang memelopori dan berjuang bersama demi tumbuh kembangnya virus kebhinnekaan di kampus UAJY.

Selanjutnya Sigit menjelaskan, bahwa “Pendidikan kebhinnekaan tidak berarti sebatas merayakan keragaman belaka. Akan lebih tepat apabila diarahkan sebagai advokasi untuk menciptakan masyarakat yang toleran dan bebas diskriminasi kultural. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada.”

artchipelago2

Semangat kebhinnekaan tersebut diharapkan menjangkiti semakin banyak mahasiswa sehingga terbukalah peluang untuk masa yang akan datang bakal muncul event yang lebih besar, baik skala, jangkauan, dan partisipasi mahasiswa serta keterlibatan masyarakat luas. Tidak menutup kemungkinan event besar tersebut akan dilaksanakan setiap tahun secara periodik. Dengan demikian akan semakin mengokohkan UAJY sebagai kampus unggul, inklusif, dan humanis sebagai cermin Indonesia mini, tempat bersemayam dan berkembangnya multikulturalisme.

Menutup pidatonya Sigit menekankan, “Multikulturalisme harus dipahami juga sebagai proses negosiasi yang tak pernah tunggal, tak sepenuhnya bisa eka, dan tak sepenuhnya meyakinkan bahwa dirinya, kaumnya, kebudayaannya mewakili sesuatu yang mahabenar. Kita hidup di zaman yang makin menyadari kenisbian banyak hal. Untuk itu, pohon multikultural yang bersama kita tanam harus semakin kokoh dan berbuah kemaslahatan bagi bangsa dan negara tercinta, Indonesia. Salam budaya!!!!!!!”

Menikmati Atmosfir Pulau Bungin di Gelar Karya Fotografi UAJY

$
0
0

Yogyakarta – Atma Jaya Photography Club (APC) bersama Rotaract Club of Jogja Merapi mengadakan gelar karya fotografi dan 1000 buku untuk Bungin di Loop Station, 3-4 Juni 2017 pukul 10.00 – 21.00 WIB.

Dengan mengusung konsep ‘Bajo Bungin’ pameris menyuguhkan keunikan-keunikan serta fenomena yang terdapat di Pulau Bungin melalui karya foto dan video dokumenter.

Ketika memasuki ruangan pameran, pengunjung disambut dengan lagu-lagu daerah Sumbawa. Tidak hanya itu, suara desiran ombak serta keriuhan penduduk Pulau Bungin juga diperdengarkan agar pengunjung dapat merasakan atmosfir kehidupan di pulau terpadat di dunia itu.

“Lagu-lagu daerah Sumbawa, suara ombak sampai suara masyarakat di sana bakal diputar agar pengunjung dapat merasakan betul atmosfir pulau Bungin,” ujar koordinator gelar karya Randi Eka Sanjaya, Minggu (03/06/2017) pagi.

Randi mengungkapkan, dalam gelar karya fotografi kali ini pameris mengusung tiga sub tema yang berbeda namun masih berkesinambungan. Ketiga sub tema tersebut ialah Suku Bajo, reklamasi dan pulau terpadat.

Sub tema Suku Bajo menjelaskan mengenai budaya-budaya yang ada di suku tersebut, termasuk upacara adat dan kegiatan tradisional lainnya. Salah satu yang berhasil dipersembahkan melalui karya fotografi ialah nyorong, yaitu sejenis kegiatan lamaran yang dibalut dengan upacara adat serta iringan musik rebana dan seruling.

Nyorong itu semacam lamaran yang ceweknya pakai baju adat, kegiatannya ada musik rebana dan seruling, ada acara seserahan dan setiap orang yang datang memberikan uang kepada calon mempelai,” imbuhnya.

20170603_195752

Sub tema reklamasi menerangkan mengenai seberapa luas Pulau Bungin saat ini. Dahulu, pulau ini hanya memiliki luas wilayah 3 hektar. Namun akibat penduduk yang terus bertambah, pulau ini pun harus direklamasi dan kini luasnya mencapai 12 hektar.

“Di reklamasi kita bakal jelasin seberapa besar pulau Bungin, dari yang dulunya 3 hektar sampai sekarang jadi 12 hektar,” tegasnya.

Sedangkan sub tema pulau terpadat menggambarkan mengenai kepadatan yang berada di pulau Bungin, seperti rumah-rumah yang saling berhimpitan, keriuhan penduduk, serta lahan penghijauan semakin sedikit hingga dampak sampah yang menggunung di samping rumah warga. Bahkan, akibat gunungan sampah itu kini hewan-hewan di Pulau Bungin yang dulunya makan rumput sudah menjadi makan sampah.

“Disini kami menjelaskan mengenai bagaimana rumah-rumah dan penduduk yang semakin lama semakin banyak. Selain itu kami juga menyajikan bagaimana sampah yang menggunung di samping rumah warga dan dimakan hewan yang sejatinya merupakan pemakan rumput,” tutur Randi.

Randi mengutarakan, dalam gelar karya fotografi yang juga ini pameris tidak hanya menyajikan 107 karya foto dan video dokumenter. Melainkan juga mengajak pengunjung untuk belajar bersama mengenai seni dan budaya Sumbawa.

“Di gelar karya ini kami juga mengajak pengunjung untuk sama-sama belajar mengenai seni dan budaya yang ada di Sumbawa, jadi kita sama-sama tahu setidaknya mengetahui apa itu Suku Bajo,” tuturnya.

Selain gelar karya fotografi, Atma Jaya Photography Club (APC) bersama Rotaract Club of Jogja Merapi juga mengadakan pengumpulan 1000 buku untuk anak pulau Bungin. Randi menjelaskan, kegiatan kampanye ini dilangsungkan atas dasar keprihatinan setelah melihat perpustakaan yang berada di pulau tersebut. Menurut Randi, terdapat 425 anak laki-laki dan 446 anak perempuan dengan rentang usia 0-15 tahun namun hanya terdapat satu perpustakaan. Nantinya, buku-buku yang terkumpul akan langsung dikirimkan ke pulau Bungin dan akan dibangunkan perpustakaan baru di dekat museum oleh karang taruna setempat.

“Kami bekerjasama dengan karang taruna setempat untuk membangun perpustakaan baru di dekat museum. Harapannya nanti setelah perpustakaan ini jadi literasi membaca anak pulau Bungin menjadi tinggi karena selama ini hanya ada satu perpustakaan dan itu pun sulit diakses,”pungkasnya.

UAJY Fasilitasi Kedutaan Besar Amerika Serikat Adakan YSEALI

$
0
0

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) memiliki komitmen untuk membuka diri terhadap kerjasama internasional dan menjadi tempat diadakannya dialog antar budaya dari seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan UAJY menjadi fasilitator para peserta program Young Southeast Asian Leader Initiative (YSEALI) dari Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk belajar mengenai budaya, bahasa, dan kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Program ini diikuti oleh sepuluh mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia dan mahasiswa Puget Sound University, USA. Program ini dibentuk sejak tahun 2013 dan diinisiasi oleh mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ini salah satunya bertujuan menguatkan hubungan antara Amerika Serikat dan komunitas negara ASEAN dalam bidang lingkungan, sumber daya alam, kewirausahaan, dan ekonomi.

DSC_5171

Selama dua minggu berada di Yogyakarta yaitu mulai dari tanggal 24 Mei-5 Juni 2017 para peserta program YSEALI belajar tentang cara membuat batik, mengunjungi desa-desa, Candi Borobudur, belajar Bahasa Indonesia dan berusaha memahami problematika budaya masyarakat Jawa. Setelah selama dua minggu mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan kebudayaan maka pada hari Senin, 5 Juni 2017 diadakanlah closing ceremony sebagai penutup dari program dari YSEALI ini. Acara closing ceremony dibuka dengan penampilan Tari Nawang Sekar oleh dua mahasiswa UAJY yang berasal dari Madagaskar dan Timor Leste dan dilanjutkan dengan sharing pengalaman tentang kesan dan pesan setelah mengikuti program YSEALI selama dua minggu.

DSC_5169

“Meskipun baru dua minggu berada di Indonesia saya dan juga murid-murid lainnya yang dari Amerika sudah mendapatkan teman dekat dari Indonesia, selain itu Yogyakarta adalah kota budaya yang indah dan menakjubkan,” ujar Austin Daniel salah satu mahasiswa dari University of Puget Sound.

“Melalui program YSEALI yang diadakan di Yogyakarta dan difasilitasi oleh UAJY ini kami berharap budaya dari Yoyakarta tidak hanya dilihat dan dipelajari tapi juga bisa dikenang sehingga di masa depan para mahasiswa dari Amerika dapat mengajak orang-orang dari Amerika untuk datang ke Yogyakarta dan juga untuk memperkuat hubungan mereka dengan Yogyakarta,” ujar Agus Putranto M.Si Kepala Kantor Kerjasama dan Promosi UAJY.

DSC_5177

UAJY Fasilitasi Kedutaan Besar Amerika Serikat Adakan YSEALI

$
0
0

Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) memiliki komitmen untuk membuka diri terhadap kerjasama internasional dan menjadi tempat diadakannya dialog antar budaya dari seluruh dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan UAJY menjadi fasilitator para peserta program Young Southeast Asian Leader Initiative (YSEALI) dari Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk belajar mengenai budaya, bahasa, dan kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Program ini diikuti oleh sepuluh mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia dan mahasiswa Puget Sound University, USA. Program ini dibentuk sejak tahun 2013 dan diinisiasi oleh mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ini salah satunya bertujuan menguatkan hubungan antara Amerika Serikat dan komunitas negara ASEAN dalam bidang lingkungan, sumber daya alam, kewirausahaan, dan ekonomi.

Selama dua minggu berada di Yogyakarta yaitu mulai dari tanggal 24 Mei-5 Juni 2017 para peserta program YSEALI belajar tentang cara membuat batik, mengunjungi desa-desa, Candi Borobudur, belajar Bahasa Indonesia dan berusaha memahami problematika budaya masyarakat Jawa. Setelah selama dua minggu mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan kebudayaan maka pada hari Senin, 5 Juni 2017 diadakanlah closing ceremony sebagai penutup dari program dari YSEALI ini. Acara closing ceremony dibuka dengan penampilan Tari Nawang Sekar oleh dua mahasiswa UAJY yang berasal dari Madagaskar dan Timor Leste dan dilanjutkan dengan sharing pengalaman tentang kesan dan pesan setelah mengikuti program YSEALI selama dua minggu.

“Meskipun baru dua minggu berada di Indonesia saya dan juga murid-murid lainnya yang dari Amerika sudah mendapatkan teman dekat dari Indonesia, selain itu Yogyakarta adalah kota budaya yang indah dan menakjubkan,” ujar Austin Daniel salah satu mahasiswa dari University of Puget Sound.

“Melalui program YSEALI yang diadakan di Yogyakarta dan difasilitasi oleh UAJY ini kami berharap budaya dari Yoyakarta tidak hanya dilihat dan dipelajari tapi juga bisa dikenang sehingga di masa depan para mahasiswa dari Amerika dapat mengajak orang-orang dari Amerika untuk datang ke Yogyakarta dan juga untuk memperkuat hubungan mereka dengan Yogyakarta,” ujar Agus Putranto M.Si Kepala Kantor Kerjasama dan Promosi UAJY.

DSC_5171

DSC_5177

Menikmati Atmosfir Pulau Bungin di Gelar Karya Fotografi UAJY

$
0
0

Atma Jaya Photography Club (APC) bersama Rotaract Club of Jogja Merapi mengadakan gelar karya fotografi dan 1000 buku untuk Bungin di Loop Station, 3-4 Juni 2017 pukul 10.00 – 21.00 WIB.

Dengan mengusung konsep ‘Bajo Bungin’ pameris menyuguhkan keunikan-keunikan serta fenomena yang terdapat di Pulau Bungin melalui karya foto dan video dokumenter.

Ketika memasuki ruangan pameran, pengunjung disambut dengan lagu-lagu daerah Sumbawa. Tidak hanya itu, suara desiran ombak serta keriuhan penduduk Pulau Bungin juga diperdengarkan agar pengunjung dapat merasakan atmosfir kehidupan di pulau terpadat di dunia itu.

“Lagu-lagu daerah Sumbawa, suara ombak sampai suara masyarakat di sana bakal diputar agar pengunjung dapat merasakan betul atmosfir pulau Bungin,” ujar koordinator gelar karya Randi Eka Sanjaya, Minggu (03/06/2017) pagi.

Randi mengungkapkan, dalam gelar karya fotografi kali ini pameris mengusung tiga sub tema yang berbeda namun masih berkesinambungan. Ketiga sub tema tersebut ialah Suku Bajo, reklamasi dan pulau terpadat.

Sub tema Suku Bajo menjelaskan mengenai budaya-budaya yang ada di suku tersebut, termasuk upacara adat dan kegiatan tradisional lainnya. Salah satu yang berhasil dipersembahkan melalui karya fotografi ialah nyorong, yaitu sejenis kegiatan lamaran yang dibalut dengan upacara adat serta iringan musik rebana dan seruling.

Nyorong itu semacam lamaran yang ceweknya pakai baju adat, kegiatannya ada musik rebana dan seruling, ada acara seserahan dan setiap orang yang datang memberikan uang kepada calon mempelai,” imbuhnya.

Sub tema reklamasi menerangkan mengenai seberapa luas Pulau Bungin saat ini. Dahulu, pulau ini hanya memiliki luas wilayah 3 hektar. Namun akibat penduduk yang terus bertambah, pulau ini pun harus direklamasi dan kini luasnya mencapai 12 hektar.

“Di reklamasi kita bakal jelasin seberapa besar pulau Bungin, dari yang dulunya 3 hektar sampai sekarang jadi 12 hektar,” tegasnya.

Sedangkan sub tema pulau terpadat menggambarkan mengenai kepadatan yang berada di pulau Bungin, seperti rumah-rumah yang saling berhimpitan, keriuhan penduduk, serta lahan penghijauan semakin sedikit hingga dampak sampah yang menggunung di samping rumah warga. Bahkan, akibat gunungan sampah itu kini hewan-hewan di Pulau Bungin yang dulunya makan rumput sudah menjadi makan sampah.

“Di sini kami menjelaskan mengenai bagaimana rumah-rumah dan penduduk yang semakin lama semakin banyak. Selain itu kami juga menyajikan bagaimana sampah yang menggunung di samping rumah warga dan dimakan hewan yang sejatinya merupakan pemakan rumput,” tutur Randi.

Randi mengutarakan, dalam gelar karya fotografi  ini pameris tidak hanya menyajikan 107 karya foto dan video dokumenter namun juga mengajak pengunjung untuk belajar bersama mengenai seni dan budaya Sumbawa.

“Di gelar karya ini kami juga mengajak pengunjung untuk sama-sama belajar mengenai seni dan budaya yang ada di Sumbawa, jadi kita sama-sama tahu setidaknya mengetahui apa itu Suku Bajo,” tuturnya.

Selain gelar karya fotografi, Atma Jaya Photography Club (APC) bersama Rotaract Club of Jogja Merapi juga mengadakan pengumpulan 1000 buku untuk anak pulau Bungin. Randi menjelaskan, kegiatan kampanye ini dilangsungkan atas dasar keprihatinan setelah melihat perpustakaan yang berada di pulau tersebut. Menurut Randi, terdapat 425 anak laki-laki dan 446 anak perempuan dengan rentang usia 0-15 tahun namun hanya terdapat satu perpustakaan. Nantinya, buku-buku yang terkumpul akan langsung dikirimkan ke pulau Bungin dan akan dibangunkan perpustakaan baru di dekat museum oleh karang taruna setempat.

“Kami bekerjasama dengan karang taruna setempat untuk membangun perpustakaan baru di dekat museum. Harapannya nanti setelah perpustakaan ini jadi literasi membaca anak pulau Bungin menjadi tinggi karena selama ini hanya ada satu perpustakaan dan itu pun sulit diakses,”pungkasnya.*

 20170603_195752


Pengumuman Pendaftaran Wisuda Periode IV T.A. 2016/2017

Mahasiswa UAJY Luncurkan Buku “Kisah di Bawah Langit”

$
0
0

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) telah meluncurkan sebuah buku berjudul “Kisah di Bawah Langit”. Buku tersebut resmi diluncurkan pada Senin (12/6) di Kedai Laliwayah, Yogyakarta.

Buku ini berisi beragam tulisan para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Penulisan Naskah Feature (PNF). Tulisan tersebut menjadi puncak tugas akhir PNF semester ganjil tahun 2017.

Para mahasiswa menulis naskah feature dengan tema “Human Interest”. Buku tersebut menggambarkan proses mereka bertemu orang-orang biasa, yang ternyata mampu melakukan hal-hal luar biasa bagi sesama.

Kumpulan tulisan mereka kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku. Pembuatan buku dari jerih-payah memenuhi tugas PNF ini telah memasuki tahun keempat. Sebelumnya, buku-buku lain juga diterbitkan dengan tema yang berbeda. Ada maksud tersendiri di balik penerbitan buku-buku ini.

“Sangat disayangkan kalau tulisan mahasiswa hanya berakhir di atas kertas, padahal tulisan itu bisa menjadi satu karya mereka untuk menambah portfolio. Buku itu merupakan salah satu hal yang bisa dibanggakan tiap anak,” jelas Birgitta B. Puspita, dosen pengampu mata kuliah PNF.

Tahun 2017, Kisah di Bawah Langit terbit sebanyak 100 buku. Isi buku tersebut ditulis oleh 71 mahasiswa. Tulisan-tulisannya pun diambil berdasarkan keterlibatan langsung tiap mahasiswa di lapangan, guna memahami karakter dan dinamika tiap narasumbernya.

Para penulis buku ini merespons positif peluncuran “Kisah di Bawah Langit”. Dalam prosesnya, mereka mendapatkan beragam nilai moral yang tidak diperoleh di dalam kelas.

“Hidup kita hanyalah sebagian dari kisah banyak orang. Mereka telah melakukan lebih banyak aksi, daripada yang telah kita lakukan. Kalau buat aku, buku ini bisa menjadi motivasi agar menjadi lebih baik ke depannya,” ungkap Ervan N.R, mahasiswa sekaligus salah satu penulis Buku “Kisah di Bawah Langit”.

Foto b Foto f

UAJY Gelar Colosal Dance Performance from all around Indonesia “SAKANTI DWIPANTARA”

$
0
0

Indonesia negara yang terdiri dari banyak pulau dan terkenal akan keberagaman baik suku, ras, agama terlebih ragam budayanya. Terlahir dari budaya yang berbeda-beda, Indonesia berpegang erat pada asas Bhinneka Tunggal Ika. Keberagaman yang ada menjadi harta berharga yang patut dijaga dan dilestarikan.

Sebagai wujud nyata cinta dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara, mahasiswa Program Studi (Prodi) Arsitektur bersama dengan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas  Tari Kontemporer Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menyelenggarakan Colosal Dance Performance from all around Indonesia “SAKANTI DWIPANTARA”, Sabtu (17/6).

Acara ini terselenggara sebagai bentuk penilaian dalam menempuh Mata Kuliah Sejarah Teori dan Seni Budaya. Judul yang diambil dalam pementasan ini yakni SAKANTI DWIPANTARA untuk menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika, keberagaman warna-warni budaya dari Sabang sampai Merauke serta kemilaunya pulau-pulau di Indonesia.

“Uniknya Prodi Arsitektur di UAJY ada Mata Kuliah Sejarah Teori dan  Seni Budaya yang [sebenarnya] dipertanyakan. Tapi setelah memanen tahun demi tahun akhirnya kelihatan. Apresiasi terhadap seni makin baik dan prestasi datang untuk Prodi Arsitektur UAJY. Efeknya memang tidak langsung, gagasan bisa didapat dari manapun untuk Arsitektur termasuk seni,” ujar Gerarda Orbita Ida Cahyandari, S.T., M.B.Env.Sust.Dev. (Wakil Dekan I Fakultas Teknik UAJY).

“Tujuan dari acara ini tidak lain adalah mencintai Nusantara dan yang paling penting menumbuhkan rasa percaya diri bahwa Nusantara indah. Seni juga berarti untuk mencintai diri sendiri,” ucap Agustinus Madyana Putra, ST., M.T (Dosen Arsitektur UAJY) dalam sambutannya.

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Kampus 2 Gedung Thomas Aquinas tersebut menampilkan tarian-tarian daerah mulai dari Sumatera, Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Borneo hingga Papua yang ditampilkan oleh 180 mahasiswa.

“UAJY ini kan terdiri dari mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah dengan keunikannya masing-masing, dari acara ini mereka bisa melihat budaya lain itu juga unik. Mungkin orang-orang bertanya kenapa kita jurusan Arsitektur ada konser tari, nah kami dalam memahami suatu bangunan itu membutuhkan ilmu pengetahuan tentang budaya, terlebih karena Indonesia terkenal akan ragam budanya. Diharapkan dengan acara ini kita bisa lebih mendalami dan mengapresiasikannya ke dalam suatu bangunan,” ujar Amanda dan Jesica selaku panitia.

Seluruh tarian dipertunjukkan dalam sebuah rangkaian.

“Pentas tari ini sangat menarik, menyenangkan, dan dinamis. Aneka tari dari Sabang sampai Merauke ditampilkan secara medley hanya dalam waktu 70 menit,” komentar Agus Tridiatno, penonton juga dosen UAJY.

1497765736814

1497765323797 1497765031703

1497765099511

Pengumuman Libur Hari Raya Idul Fitri 1438 H

Dies ke-26 FISIP UAJY: Penelitian Menjadi Fokus Utama

$
0
0

Lahir pada 3 Juli 1991 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada tahun ini genap berusia 26 tahun. Perayaan Dies ke-26 FISIP UAJY tahun ini mengambil tema “Melangkah dan Bergerak Menuju Penemuan Baru Dalam Rangka Membangun Masyarakat Berpengetahuan”. Latar belakang pengambilan tema tersebut menggunakan acuan RIPU (Rencana Induk Pengembangan Universitas) tahun 2012/2013-2036/2037 dengan kata kunci Journey to Invention. Kata kunci tersebut sebagai pengembangan tema pada Dies tahun ini.

Dari kata kunci tersebut fokus utama dalam Dies tahun ini adalah penelitian. Output dari penelitian dapat berguna untuk pendidikan dan pengabdian masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa acara Dies tahun ini berhubungan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Rangkaian acara Dies ke-26 FISIP UAJY dimulai pada bulan Juli dan berakhir pada bulan November 2017. Acara dimulai dengan Misa Syukur pada tanggal 7 Juli 2017, lalu disusul dengan Anjangsana dan Ziarah ke makam para pendahulu FISIP pada tanggal 17-21 Juli 2017. Setelah itu diadakan COMICOS pada tanggal 7-8 September 2017. Setelah acara COMICOS, pada tanggal 28-30 September 2017 diadakan acara IDC (International Diplomacy Colloquium). Untuk penutupnya diadakan Family Gathering & Pentas Seni pada tanggal 15 Oktober 2017.

Acara Dies ke-26 FISIP tahun ini turut melibatkan stakeholder dari komunitas di luar UAJY meskipun tidak sebanyak tahun lalu.

“Keterlibatan stakeholder memang ada tetapi tidak sebanyak tahun lalu, dikarenakan tahun lalu adalah Dies ke-25, maka acaranya dalam lingkup besar, bahkan internasional,” jelas Dr. Ninik Sri Rejeki, M.Si selaku Dekan FISIP.

Harapannya rangkaian acara Dies ke-26 FISIP UAJY dapat lancar, efektif dan mencapai tujuan. Menurut Ninik, harapan untuk FISIP UAJY ke depan adalah dapat melanjutkan program internasionalisasi, meningkatnya mutu akademik dan non akademik serta pengembangan institusi secara vertikal.

 

Viewing all 1483 articles
Browse latest View live